“Indonesia Sebagai Percakapan”

Membaca Ulang, Menulis Ulang, Bertanya Ulang.

NoKonsepKeterangan
1Membaca Ulang
Bukan sekadar kembali ke teks sejarah atau dokumen negara, tetapi membaca ulang Indonesia sebagai pengalaman kolektif yang tak pernah selesai ditafsirkan.
2Menulis Ulang
Bukan menghapus yang lama, tapi menyisipkan yang selama ini hilang atau diabaikan. Menulis ulang adalah tindakan politik, budaya, dan personal 
3Bertanya Ulang
Adalah inti dari segalanya. Sebuah bangsa bukan dibentuk dari kumpulan jawaban resmi, melainkan dari keberanian bertanya ulang hal-hal yang dianggap selesai.





🔤 Membaca ulang berarti membuka kembali halaman-halaman yang mungkin dulu ditulis sepihak: siapa yang diceritakan, siapa yang tidak?

Ini adalah ajakan untuk menafsirkan kembali sejarah, identitas, kemerdekaan, dan ingatan — bukan dari narasi besar saja, tapi dari suara-suara kecil yang tersembunyi di rak-rak buku, di lorong ingatan, dan di tubuh publik itu sendiri.

Di rak Gramedia Jalma, pengunjung diundang membaca ulang Indonesia lewat 80 pertanyaan yang menantang narasi tunggal dan membuka ruang untuk keberagaman suara

📝  Menulis Ulang “Saya juga bagian dari Indonesia, dan ini ceritaku.”

Menulis ulang sejarah dengan perspektif yang tak sempat didengar: perempuan, minoritas, anak muda, wilayah pinggiran.

Lewat jawaban yang ditulis pengunjung, melalui QR code dan Dinding Percakapan, proyek ini mengajak semua orang ikut menjadi penulis ulang sejarah hidup bersama.

Di akhir instalasi, dinding bertanya: “Apa yang akan kamu tulis, jika diberi satu halaman kosong dalam buku sejarah Indonesia?” — ini bukan metafora, tapi panggilan aktif untuk menulis ulang bangsa ini

Bertanya Ulang adalah bagian paling penting dari keseluruhan proses bangsa ini, biasakan untuk selalu bertanya:

  • Apakah kemerdekaan benar-benar sudah “merdeka”?
  • Siapa yang menulis narasi kebangsaan?
  • Apa artinya “Indonesia” bagi orang yang sering merasa sendirian di dalamnya?

80 pertanyaan diawal ini hanya pemantik pertanyaan lain dan bukan untuk dijawab instan, tapi untuk diajak pulang. Untuk digumamkan ulang. Untuk memulai percakapan baru dengan orang tua, teman, anak, bahkan dengan diri sendiri.

Karena seperti yang tertulis di narasi utama: “Sebelum membaca dan menulis, kita sebaiknya bertanya” 

🌺 

Kesimpulan

“Indonesia Sebagai Percakapan” adalah ruang untuk:

  • Membaca ulang bangsa ini dari perspektif yang lebih manusiawi
  • Menulis ulang masa depan bersama dengan suara-suara yang selama ini tak terdengar
  • Dan bertanya ulang, karena hanya dengan bertanya, kita bisa kembali percaya.